Majalah adz Dzakhiirah al Islamiyyah Edisi 74
Kategori: Sya’ir
Jalan Keselamatan
Barang siapa yang berharap selamat |
Tak ada jalan selain mengikuti Muhammad |
Itulah jalan yang lurus, sedang yang lain adalah |
jalan sesat, menyimpang dan kebinasaan |
Ikutilah kitab Allah dan sunnah yang shahih |
Bila engkau mengikutinya, maka itulah petunjuk |
Jauhi pertanyaan dengan mengapa dan bagaimana |
Itu adalah pintu yang membutakan orang yang berilmu |
Agama ialah sabda Rasul n dan para sahabatnya |
dan dititi generasi Tabi’in dan para pengikutnya |
مَنْ كَانَ يَرْغَبُ فِـي النَّجَاةِ فَـمَا لَـهُ |
غَيْرُ اتِّبَاعِ الْمُصْطَـفَى فِيْـمَا أَتَـى |
ذَاكَ سَـبِيْلُ الْمُسْتَـقِيْـمُ وَغَـيْرُهُ |
سُبُلُ الضَّلاَلَـةِ وَالْغِوَايَـةِ وَالرَّدَى |
فَاتْبَعْ كِتَابَ اللَّـهِ وَالسُّـنَنَ الَّتِـيْ |
صَحَّتْ فَذَاكَ إِنِ اتَّبَعْتَ هُوَ الْهُدَى |
وَدَعِ السُّـؤَالَ بِلِمَ وَكَيْـفَ فَإِنَّـهُ |
بَابٌ يَجُرُّ ذَوِيْ الْبَصِيْرةِ لِلْعَـمَـى |
الدِّيْنُ مَا قَالَ الرَّسُـوْلُ وَصَحْـبُـهُ |
وَالتَّابِعُـوْنَ وَمَنْ مَنَاهِجَهُمْ قَــفَا |
Dari: Majalah Islami, Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 62, halaman 80
Keyakinan Muslim Sejati
Keyakinan Muslim Sejati
dialihbahasakan dari karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu
إِنْ كَانَ تَابِعُ أَحْمَدٍ مُتَوَهِّبًا
فَأَنَا الْمُقِرُّ بِأَنَّنِيْ وَهَّابِيْ
Jika pengikut setia Ahmad1) dijuluki WAHABI2)
Maka aku adalah seorang wahabi
أَنْفِي الشَّرِيْكَ عَنِ اْلإِلَهِ فَلَيْسَ لِيْ
رَبٌّ سِوَى الْمُتَفَرِّدِ اْلوَهَّابِ
Kutolak sekutu bagi Allah, bagiku
Tiada Ilah selain Yang Maha Tunggal AL-WAHHAB3)
لاَ قُبَةٌ تُرْجَى وَلاَ وَثَنٌ وَلاَ
قَبْرٌ لَهُ سَبَبٌ مِنَ اْلأَسْبَابِ
Bukan kubah, berhala maupun kuburan
Yang diharapkan sebagai penyebab segala sesuatu
كَلاَّ وَلاَ حَجَرٌ، وَلاَ شَجَرٌ وَلاَ
عَيْنٌ وَلاَ نُصُبٌ مِنَ اْلأَنْصَابِ
Sekali bukan tetap bukan, demikian juga
Bukan batu, pohon, mata air4) dan monumen5)
Kefanaan Kian Mendekat
Kefanaan Kian Mendekat
أَيـَّا إِخْوَتِـيْ آجَـالُـنَا تَتَـقَـرَّبُ وَنَحْنُ مَعَ اْلأَهْلِيْنَ نَلْهُـوْ وَنَلْعَـبُ
أُعَدِّدُ أَيـَّامِيْ، وَأُحْصِـيْ حِسَابَـهَا وَمَـا غَفْلَتِيْ عَمَّا أَعُدُّ وَأَحْسِـبُ
غَدًا أَنَا مِنْ ذَا اْليَوْمِ أَدْنَى إِلَى اْلفَنـَا وَبَعْدَ غَدٍ أَدْنَـى إِلَيْـهِ وَأَقْـرَبُ
Wahai saudaraku, ajal kita kian mendekat
Sedangkan kita bermain dan senda gurau bersama keluarga
Aku menghitung hari-hariku dan menjumlahnya dengan tepat
Dan tidaklah aku lalai dari apa yang kuhitung
Besok hari lebih dekat pada kefanaan dari hari ini
Dan besok lusa lebih dekat lagi dan lebih mendekat
[diterjemahkan dari Diwan Abul ‘Atahiyah hlm. 38, Cet. Dar Bairut]
Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 58 hal. 60
Menyesali Dosa-dosa Yang Berlalu
Dan Bertaubat Di Tahun Baru
قَطَعْتَ شُهُـوْرَ اْلعَـامِ لَهْـوًا وَغَفْلَةً وَلَمْ تَحْتَـرِمْ فِيْمَـا أَتَيْتَ الْمُحَرَّمًـا
فَـلاَ رَجَـبًا وَافيْتَ فِيْـهِ بِحَـقِّـهِ وَلاَ صُمْتَ شَهْرَ الصَّوْمِ صَوْمًا مُتَمِّمًا
وَلاَ فِيْ لَـيَالِيْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ الَّذِيْ مَضَى كُنْتَ قَوَّامًـا وَلاَ كُنْتَ مُحْرِمًا
فَهَلْ لَكَ أَنْ تَمْحُـوَ الذُّنُوْبَ بِعَبْـرَةٍ وَتَبْكِي عَلَيْهَـا حَسْرَةً وَتَـنَـدُّمًـا
وَتَسْتَقْبِلَ الْعَـامَ الْجَـدِيْـدَ بِتَـوْبَـةٍ لَعَلَّكَ أَنْ تَمْحُـوَ بِهَـا مَـا تَقَدَّمًـا
Engkau lalui bulan-bulan setahun dengan senda gurau dan kelalaian
Dan engkau tidak memberikan penghormatan pada bulan Muharram
Demikian pula bulan Rajab haknya tidak engkau tunaikan
Dan berpuasa di bulan puasa engkau tidak sempurnakan
Tidak pula malam-malam 10 (awal) Dzulhijjah yang telah lalu
Engkau tegakkan dengan shalat dan tidak pula ihram (haji dan umrah)
Lalu, akankah engkau melebur dosa-dosa lalu dengan air mata
Dan engkau menangisinya dengan penuh kesedihan dan penyesalan
Kemudian engkau menyambut tahun baru dengan bertaubat
Mudah-mudahan semua itu dapat menghapuskan dosa yang telah lewat
Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 57, hal. 60
Dialog Antara Ilmu & Akal
Dialog Antara Ilmu dan Akal
عِلْمُ اْلعَلِيْمِ وَعَقْلُ اْلعَاقِلِ اخْتَلَفَا مَنْ ذَا الَّذِي فِيْهِمَا قَدْ أَحْرَزَ الْشَّرَفَا
فَالْعِلْمُ قَالَ: أَنَا أَحْرَزْتُ غَايَتَهُ وَالْعَقْلُ قَالَ: أَنَا الرَّحْمَنُ بِي عُرِفَا
!فَأَفْصَحَ اْلعِلْمُ إِفْصَاحًا وَقَالَ لَهُ بِأَيِّنَا اللهُ فِي قُرْآنِهِ اتَّصَفَا ؟
فَأَيْقَنَ اْلعَقْلُ أَنَّ اْلعِلْمَ سَيِّدُهُ فَقَبَّلَ اْلعَقْلُ رَأْسَ اْلعِلْمِ وَانْصَرَفَا
Ilmunya orang alim dan akalnya orang yang berakal berselisih
Siapakah di antara keduanya yang paling berhak mendapatkan kemuliaan?
Sang ilmu mengatakan: Sayalah yang berhak mendapatkan puncak kemuliaan
Sang akal menjawab: (Sayalah yang paling berhak) karena hanya denganku Allah bisa dikenal!
Maka ilmu menjawab dengan penuh kefasihan seraya mengatakan, dengan siapakah di antara kita yang Allah sifati dengannya dalam al-Qur`an? (Artinya, apakah Allah tersifati dengan al-‘Alim atau al-‘Aqil?)
Akalpun menyerah dan meyakini bahwa ilmu adalah tuannya, sehingga akal mencium ilmu dan berpisah.
Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 56 hal. 60
Kembali Ke Bumi
Kembali ke Bumi
Allah Ta’ala berfirman:
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thoha: 55)
Seorang penyair berkata:
إِنَّ امْرَءًا يَصْفُوْ لَهُ عَيْـشُهُ لَغَافِلٌ عَمَّا تَجِـنُّ الْقُبُوْرُ
نَحْنُ بَنُوْ الأَرْضِ وَ سُكَّانُهَا مِنْهَا خُلِقْنَا وَإِلَيْـهَا نَصِيْرُ
Sungguh orang yang merasakan nikmatnya kehidupan
Dia tidak akan tahu apa yang ada di balik kuburan
Kami ini adalah putra bumi dan para penduduknya
Dari tanah kita diciptakan dan kepadanya dikembalikan
Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 55, hal. 60
نَصَائِحُ رَمَضَانِيَّةٌ
Bulan Qiyam dan Shiyam
لاَ تَجْعَلْ رَمَضَانَ شَهْرَ فُكَاهَةٍ تُلْهِيْكَ فِيْهِ مِنَ الْحَدِيْثِ فُنُوْنُهُ
واعْلَمْ بأنَّكَ لاَ تَنَالُ ثَوَابَهُ حَتَّى تَكُوْنَ تَصُوْمُهُ وَتَقُوْمُهُ
Janganlah kau jadikan Ramadhan bulan gelak tawa
Hingga beragam obrolan dapat melalaikanmu darinya
Ketahuilah, kau tidak akan mendapatkan pahalanya
Hingga menghidupkannya dengan shalat dan puasa
[Jadzwah al-Iqtibas, jilid 1, hlm. 57]
Delapan Kata Untuk Imam Asy-Syafi’i
Imam asy-Syafi’i –rahimahullah- pernah ditanya tentang arti delapan kata berikut: wajib, lebih wajib, menakjubkan, lebih menakjubkan, sulit, lebih sulit, dekat dan lebih dekat.
Lalu beliau menjawabnya dalam beberapa bait syair berikut:
مِنْ وَاجِبِ النَّاسِ أَنْ يَتُوْبُـوْا لَكِنَّ تَـرْكَ الذُّنُـوْبِ أَوْجَـبُ
وَ الدَّهْرُ فِي صَرْفِهِ عَجِيْـبٌ وَ غَفْلَـةُ النَّاسِ عَنْـهُ أَعْجَـبُ
وَالصَّبْرُ فِي النَّائِبَاتِ صَعْبٌ لَكِنَّ فَوَاتَ الثَّـوَابِ أَصْـعَبُ
وَكُلُّ مَا تَرْتَجِــيْ قَرِيْـبٌ وَالْمَوْتُ مِنْ دُوْنِ ذَلِكَ أَقْـرَب
Fitnah Wanita
Fitnah Wanita
Rasulullah -shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita .
Sungguh, fitnah wanita termasuk cobaan terbesar dan paling mengerikan bagi kaum Adam. Karena wanita, dua orang laki-laki berkelahi. Lantaran wanita, dua kubu saling bermusuhan dan saling serang. Oleh sebab wanita, darah begitu murah dan mudah diguyurkan. Karena wanita, seorang dapat terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Bahkan, karena wanita, si cerdas yang baik dapat berubah menjadi dungu dan liar. Jarir bin ‘Athiyyah al-Khathafi bersenandung: